Disuatu ruang pertemuan seorang bos sedang menanyakan beberapa pertanyaan kepada para karyawannya.
Bos : Jika saya hari itu akan pergi ke suatu tempat dengan penerbangan pagi. Hari itu saya bangun kesiangan dan secara perhitungan waktu pesawat nggak mungkin kekejar. Tapi, saya tetap melanjutkan pergi ke Bandara. Eh, kok ternyata diperjalanan menuju ke Bandara saya terjebak macet. Kalau begitu situasinya saya sial atau beruntung?
Karyawan : Sial pak, sudah bangun kesiangan kena macet pula…
Bos : Nah, setelah bermacet – macet ria akhirnya saya sampai di Bandara. Sesampainya di bandara saya mendapat informasi bahwa pesawat yang hendak saya tumpangi mengalami delay selama 5 jam. Sehingga saya tidak jadi terlambat dan masih bisa menumpangi pesawat tersebut. Nah, jika seperti itu saya sial atau beruntung?
Karyawan : oh, ya tentu beruntung donk bos…
Bos : Nah, akibat pesawat yang delay 5 jam tadi saya kehilangan proyek besar karena client tersebut enggan menunggu saya. Kalau seperti itu saya sial atau beruntung?
Karyawan : hmm, sial bos kalau seperti itu…
Bos : tapi, setelah beberapa bulan kemudian saya mengetahui kolega saya yang mengerjakan proyek besar yang gagal saya dapatkan gara – gara pesawat yang delay tersebut kena tipu oleh client itu milyaran rupiah. Kalau begini kejadiannya saya sial atau beruntung tidak mendapatkan proyek besar itu?
Karyawan : wah, ya tentu beruntung donk bos. Bos jadi kan nggak kena tipu milayaran rupiah…
Dari percakapan diatas kita dapat mengetahui bahwa penilaian kita terhadap suatu peristiwa bisa berubah seiring berjalannya waktu. Judgment yang kita berikan sehari, seminggu, sebulan, setahun, atau bahkan berpuluh tahun yang lalu akan berubah seiring berjalannya waktu. Ya, seiring berjalannya waktu lalu ada kejadian lain setelahnya maka judgment kita atas suatu peristiwa akan mengalami perubahan baik sedikit atau bahkan berubah 180 derajat. Suatu peristiwa yang kita katakan sial hari ini bisa jadi pristiwa tersebut malah menjadi pristiwa yang patut kita syukuri di masa depan.
Mungkin saja ada kejadian dihari ini, atau kejadian diwaktu yang lalu yang mungkin masih belum bisa anda terima. “beruntung dimananya?” “jelas – jelas saya dirugikan, jelas - jelas saya disakiti” mungkin itu penilaian anda. Tapi, lihat saja seiring berjalannya waktu karena semua yang ada dalam hidup ini tidak akan selalu tetap. Hidup itu seperti sungai yang mengalir dan sangat dinamis sehingga sangat – sangat memungkinkan mengalami perubahan.
Penderitaan akan dimulai disaat kita kaku dalam menilai. Kita selalu memegang penilaian kita ataas sesuatu pristiwa yang buruk tersebut tanpa mau membuka mata untuk melihat peristiwa kelanjutannya. Padahal peristiwa kelanjutannya tersebut berfungsi sebagai penjelas peristiwa buruk yang kita alami sebelumnya itu.
Kita akan tersesat di Kota Semarang apabila kita hendak menyusuri Kota Semarang di tahun 2016 dengan menggunakan peta Kota Semarang yang dibuat tahun 1960-an. Untuk menyusuri Kota Semarang kita perlu mengupdate peta tersebut. Demikian pula dengan peta kehidupan kita, agar kita tak tersesat dalam hidup ini maka kita perlu memperbarui penilaian – penilaian kita akan suatu pristiwa. Kita menilai orang dengan peta yang tidak diupdate, kita menilai pristiwa dengan peta yang sudah kadaluwarsa. Bisa jadi, orang yang kita benci beberapa tahun lalu kini telah berubah 180 derajat. Lalu, mengapa peta dengan penilaian lama tersebut masih kita pegang erat? Padahal peta lama tersebut jelas menyimpan penderitaan kita.
Banyak peristiwa, ada suka tentu ada duka. Ada tangis juga ada tawa. Ada manis dibalik kecewa. Jadi, lalui saja semua seperti air yang mengalir disungai, seperti udara yang berhembus di tepian pantai. Tentu, mari kita juga Update peta penilaian kita menjadi peta yang benar – benar baru. Singkirkan semua penderitaan yang telah tergores pada peta yang lama.
Hmm, tapi ngapain jaman sekarang masih pakai peta? Kan jaman sekarang udah ada GPS atau bisa pakai Google Map, hehehe :D Just Kidding.
Selasa, 19 Januari 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar