Jumat, 12 Februari 2016



Exposure adalah salah satu kegiatan dari rangkaian kegiatan Arising the Grateful Winner atau yang biasa disebut ATGW yang diselanggarakan oleh Universitas Katholik SoegijaPranata Semarang. Exposure atau sesi tangguh ini merupakan kegiatan dimana peserta akan dihadapkan dalam situasi nyata untuk membentuk kepribadian peserta menjadi lebih tangguh. Exposure adalah kegiatan yang memerlukan aktivitas mobilitas yang banyak. Oleh karena itu, dengan segala pertimbangan aku diberikan kegiatan exposure khusus oleh Wakil Rektor 3 Unika SoegijaPranata Semarang.

Pada tanggal 17 Desember 2015 sekitar jam 3 sore tiba – tiba handphone ku berdering tanda panggilan masuk. Aku mendapatkan telepon dari seseorang yang tak ku kenal nomornya. Gumamku dalam hati, “siapa sih ini, gangguin orang tidur aja”. Tak berlama – lama langsung aku jawab telepon itu. “halo, siapa ini?” kataku dengan suara agak serak karena baru terbangun dari tidur. “Halo, ini Richard ya?” Terdengar suara wanita yang bertanya kepadaku dari seberang telepon. “iya, maaf ini siapa ya?” tanyaku penasaran. “Saya Bu Litha, Wakil Rektor 3” Jawab wanita itu yang ternyata adalah Ibu Litha Wakil Rektor 3 di Universitas tempatku menempuh pendidikan tinggi sekarang ini. “oh, iya bu. Ada apa ya bu kalau boleh saya tau?” Jawabku lagi langsung dengan sok sigap. “hmm, ini Richard saya ingin membicarakan tentang kegiatan ATGW yang akan Richard ikuti. Apa besok Richard Bisa menemui saya di ruangan saya di gedung Michael Lantai 3?” Jawab Bu Litha seraya menjelaskan tujuannya menelepon di sore hari ini. “Bisa bu, besok saya akan ke ruangan Ibu setelah Ujian jam pertama usai mungkin sekitar jam 9 bu” kataku menyetujui. “baik kalau begitu saya tunggu besok, terima kasih” Tanda Bu Litha akan mengakhiri teleponnya. “Iya Bu, Terima kasih” dan akhirnya tedengar bunyi tut…tut…tut… tanda nada telepon telah terputus. Segera setelah itu aku melanjutkan tidur siangku kembali, hehehe… *oh ya, sekedar info aku menemui Bu Litha dimasa Ujian Akhir Semester Ganjil. Maka dari itu aku berjanji akan menemuinya setelah Jam Ujian pertama selesai dihari itu, dan itu juga merupakan alasan mengapa aku banyak tidur siang kala itu. Ngumpulin tenaga choy buat ujian, huehehehe :D *

Keesokan harinya tanggal 18 Desember 2015 setelah ujian jam pertama usai sekitar pukul 9 pagi. Aku dibantu Yusuf temanku untuk pergi ke gedung Michael untuk menemui Bu Litha sesuai perjanjian kemarin. Oh ya, akan aku jelasin kenapa aku perlu dibantu oleh Yusuf untuk menuju ke gedung Michael. Aku adalah Richard Kennedy Mahasiswa Fakultas Hukum dan Komunikasi Universitas Katholik SoegijaPranata Semarang. Aku memiliki keistimewaan tersendiri dibanding teman – temanku. Ya, aku adalah seorang penyandang disabilitas. Aku adalah orang dengan keterbatasan pengelihatan. Nah, untuk alasan inilah juga  Bu Litha memanggilku.

Sesampainya di ruangan Bu Litha, ternyata Bu Litha telah menunggu ku. Aku pun masuk dan menyapanya, “selamat pagi Bu”. “Pagi, silahkan duduk” Jawabnya tenang seraya menyuruhku untuk duduk. “iya, bagaimana bu untuk kegiatan ATGW saya?” tanyaku dengan mimic penasaran. “iya Richard, Karena Richard punya keistimewaan tersendiri maka saya juga memikirkan kegiatan ATGW yang akan Richard ikuti” Jelasnya. Aku pun hanya mengangguk – ngangguk dan memperhatikan Bu Litha berbicara. “ Kalau untuk dihari pertama ATGW saya rasa tidak ada masalah karena kegiatan dihari pertama lebih banyak dihabiskan didalam kelas. Tapi, yang saya pikirkan adalah untuk kegiatan di hari kedua terutama kegiatan exposure atau pada sesi tangguh yang merupakan kegiatan yang banyak aktivitas mobilitasnya.” Lanjutnya menjelaskan. “Iya bu, terus bagaimana?” Tanyaku setelah menyimak penjelasaannya tadi. “Nah, begini Richard, saya memiliki opsi untuk Richard. Bagaimana kalau untuk kegiatan exposure Richard melakukan Exposure di Dapur Unika?” tanyanya sambil memberikanku opsi. “hmm, maaf bu kalau boleh saya bertanya kegiatan exposure itu dimaksudkan untuk apa sih bu? Dan apa manfaatnya?” tanyaku kepada Bu Litha. “Jadi, exposure itu kegiatan dimana peserta harus terjun ke masyarakat. Tujuannya untuk membentuk kepribadian peserta ATGW. Ya, jadi kegiatannya juga harus bermanfaat untuk orang lain juga.” Jawabnya sangat detail. “hmm, oh, kalau begitu bu. Apa boleh saya usul?” tanyaku ingin mengemukakan pendapat. “oh, tentu saja boleh, bagaimana Richard?” timpalnya. “Jadi, bagaimana kalau saya melakukan exposure untuk menjadi trainer computer berbicara untuk tunanetra bu?” kataku mengemukakan usul. “wah, itu Ide bagus juga. Saya rasa kegiatan itu akan lebih bermanfaat juga bagi orang yang akan diajarkan.” Jawabnya menyetujui. “Iya Bu, Saya akan memilih tempat di Pertuni Jawa tengah untuk melakukan kegiatan exposure saya ini.” Sambungku menjelaskan tempat kegiatan exposure khusus ku. Lalu kami mengobrol – ngobrol blab la bla dan blab la bla hingga akhirnya aku berkata kembali “ secepatnya nanti saya akan hubungi pihak pertuni jawa tengah bu”. “iya, Jika nanti membutuhkan surat rekomendasi langsung saja kontak saya melalui nomor saya kemarin ataupun melalui Whatsapp.” Kata Bu Litha. “Baik bu, terima kasih dan selamat pagi” Kataku untuk pamit kembali ke gedung Antonius karena akan kembali mengikuti ujian Jam ke – 2. Oh, ya temanku Yusuf masih menunggu ku waktu aku mengobrol dengan Bu Litha. Sehingga, aku pun kembali dengan selamat ke Gedung Antonius juga karena bantuannya, hehehe…

Ya, setelah ujian usai, karena hari itu adalah ujian hari terakhir sekaligus hari terakhir kami masuk kuliah. Aku dan teman – teman menyempatkan diri untuk ngobrol – ngobrol sejenak. Kami ngobrol blab la bla dan bla blab la. *salah focus* huehehe... Okay, kembali ke topic. Setelah ujian selesai dan setelah aku ngobrol dengan teman – teman, Aku pun bergegas pulang karena juga ojek telah menjemput. Setelah sampai di kos, aku segera menghubungi salah seorang pengurus Pertuni Jawa Tengah untuk membicarakan rencanaku melakukan exposure di Pertuni. Kami mengobrol cukup panjang, dan akhirnya aku diminta mengirimkan surat rekomendasi dari pihak universitas kepada DPD Pertuni Jawa Tengah yang inti suratnya menjelaskan bahwa aku meminta ijin untuk melakukan kegiatan exposure di Pertuni Jawa Tengah. Setelah itu, Aku pun menghubungi Bu Litha kembali untuk meminta surat rekomendasi. Hingga pada akhirnya Surat Rekomendasi dikirimkan dan telah diterima dengan aman oleh pihak Pertuni. Entah kapan tanggal pastinya surat itu dikirim aku pun tak tau. Untuk mengetahuinya, mari kita Tanya pada rumput yang digoyang... *rumput yang bergoyang udah terlalu mainstream* huehehehe :D tapi, yang jelas surat itu telah sampai beberapa hari setelah aku memintanya ke Bu Litha.

Okay, hari demi hari berlalu dan tahun pun telah berganti. Yups, ini sudah 2016, hehehe :D Untuk memastikan kembali di Pihak Pertuni aku mencoba menghubungi salah satu pengurus Pertuni Jawa tengah. Lalu, aku bertanya kepada salah satu pengurus “maaf mas, apa surat dari unika sudah diterima?” tanyaku basa basi. “Sudah dari lama lho itu surat datangnya” jawab pengurus itu. “nah, lalu kapan tanggal pasti saya diijinkan untuk berkegiatan disana? Dan bagaimana pesertanya?” tanyaku memastikan. “wah, kalau untuk itu coba kamu hubungin Ketua DPD Pertuni Jawa tengah saja” jawabnya. Setelah itu pembicaraan berakhir dan saya melanjutkan menghubungi Ketua DPD Pertuni Jawa Tengah. “halo, selamat siang Pak” sapaku dari telepon. “iya, selamat siang Richard, ada apa ya?” tanyanya kepadaku. “ini pak saya mau bertanya tentang kapan tanggal pasti saya bisa berkegiatan di Pertuni Jawa Tengah dan bagaimana soal peserta training komputernya pak?” tanyaku menanti kepastian *kepastian jadi baper deh* *lupakan* huehehehe :D . “ oh, kalau waktunya sih senggang di awal febuari. Nah, kalau untuk peserta coba nanti saya akan kordinasikan dengan Mas Ari.” Jawabnya kepadaku. “oh, baik pak terima kasih.” Kataku menanggapi. “okay Richard, setelah saya berkordinasi dengan Mas Ari nanti Richard akan langsung saya hubungi” katanya kembali. “ baik pak, terima kasih sekali lagi” kataku untuk menghakhiri telepon. Oh ya, aku menelepon Ketua DPD Pertuni Jawa tengah sekitar tanggal 20 Januari 2016. Ya, beberapa hari sebelum exposure dilaksanakan.

Entah bagaimana bisa, akhirnya aku langsung berkordinasi sendiri dengan Mas Ari untuk menanyakan peserta training. Setelah mengobrol blab la bla. Akhirnya, kami menemukan peserta yang paling cocok. Kami menemukannya tepat 7 hari sebelum exposure dilaksanakan. Oh ya, kelupaan. Mas Ari adalah seorang tunanetra juga. Dia adalah pengurus Pertuni Jawa Tengah yang biasanya menjadi Trainer computer di DPD Pertuni Jawa Tengah. Nah, exposure sendiri dilaksanakan tanggal 1 Febuari 2016. Setelah mendapatkan Jadwal dan peserta pasti aku langsung menginformasikannya kepada Bu Litha, karena akan ada kakak co-trainer yang akan mengawasiku ketika exposure.

Tanggal 1 Febuari 2016, hari exposure pun tiba. Wah, dijadwalkan kami memulai kegiatan pukul 10.00 tepat. Tapi, karena ada sedikit kendala aku datang agak terlambat. Hmm, sebenernya nggak terlambat sih. Aku datang jam 10 tepat. Kenapa aku bilang terlambat, karena jam 10 tepat itu aku belum melakukan persiapan apa pun. Sehingga kegiatan training komputernya sendiri baru bisa dilaksanakan jam 10.05.

Ternyata ketika aku datang, sudah ada yang menunggu ku disana. Yaps, Henock peserta pelatihan computer hari ini dan sudah ada 2 kakak co – trainer dari Unika. Ketika itu juga ada bapak ketua DPD Pertuni Jawa Tengah sih. Tapi, setelah aku dating beliau harus pergi karena ada kepentingan. Oh, ya sebenernya itu kakak yang ngawasin bukan kakak co – trainer sih. Dia kak Yenita dari Fakultas Sikologi. Aku baru tau kalau dia ternyata adalah Supervisor ATGW 2015. Ya, itu aku taunya juga sewaktu ATGW tanggal 5 – 6 Febuari dilaksanakan, hehehe...

Tak berlama – lama, akhirnya kegiatan dilaksanakan. Aku mengajarkan kepada Henock beberapa Ilmu yang telah aku peroleh ketika aku Kursus Komputer Berbicara di Yayasan Mitra Netra Jakarta. Aku mengajarkan kepada Henock bagaimana cara membuat format paragraph pada Microsoft Word, bagaimana cara mengubah bentuk dan ukuran font, bagaimana mengedit document di Microsoft Word, dan Bagaimana Menyimpan document Microsoft Word. Setelah puas berkelana di Microsoft Word. Aku pun mengajak Henock untuk menjelajah di internet. Ya, aku mengajarkan henock bagaimana cara menggunakan web browser, bagaimana membuka halaman web, bagaimana mengunakan search engine seperti Google, dan bagaimana mencopy – paste artikel yang kita ingin simpan. Tak lama aku berlatih bersama henock, karena memang henock adalah anak yang cerdas. Oh, ya sebelum memulai latihan kami sempat menemui kendala karena computer yang tersedia di Pertuni tidak terinstal Screen Reader berbahasa Indonesia. Sedangkan, henock sendiri biasanya berlatih dengan screen reader berbahasa Indonesia. Akhirnya, supaya tidak membuang waktu untuk menginstal dan sebagainya. Aku memutuskan untuk henock berlatih menggunakan laptop miliku karena memang laptop miliku telah aku instal beberapa Bahasa untuk screen readernya sendiri.

Senang rasanya bisa berlatih bersama henock, semoga apa yang telah aku beri tau ke henock tentang computer berbicara ini kelak dapat bermanfaat bagi henock. Memang kegiatan exposure ini cukup menyita perhatianku beberapa saat lalu. Tapi, setelah aku melaluinya rasanya sungguh senang, karena selain bisa berbagi. Ternyata kegiatan yang aku siapkan beberapa waktu lamanya, dan harus menghubungi sana dan sini dapat berjalan dengan lancar.

Yups, ini cerita tentang exposure ku. Dari perencanaan, persiapan, hingga pelaksanaan. Ya, semoga dilain kesempataan aku dapat berexposure seperti teman - teman. Sepertinya menarik, bertemu orang baru, dan dikeadaan yang baru dan nyata. Tapi, tentu saja exposure khusus ku memberikan aku kepuasan tersendiri. Jadi, Terima Kasih untuk semua pihak dan Terima Kasih juga untuk ATGW 2015. :D


Young Voices Indonesia adalah satu-satunya organisasi disabilitas yang beranggotakan para pemuda dengan berbagai macam disabilitas. Baik itu pemuda dengan keterbatasan pengelihatan, keterbatasan pendengaran, keterbatasan fisik, maupun keterbatasan mental. Young Voices Indonesia sendiri berdiri pada tanggal 21 Juni 2012 di Jakarta. Organisasi ini diprakarsai oleh Yayasan Wisma Cheshire dan Uni Eropa. Sebenarnya Young Voice sendiri sudah berdiri di beberapa Negara. Indonesia sebagai Negara yang besar juga memilikinya sekarang ini. Lalu apa tujuan dari Young Voices Indonesia? Apa saja kegiatannya?

Young Voices Indonesia termasuk sebuah kelompok social. Hal ini dikarenakan Young Voices Indonesia memiliki pertemuan rutin setiap bulannya. Young Voices Indonesia sendiri juga memiliki markas yang jelas. Young Voices Indonesia Jakarta bermarkas di Wisma Cheshire Jakarta Selatan. Selain di Jakarta Young Voices Indonesia juga ada di Banda Aceh. Diantara anggota Young Voices Indonesia memiliki ikatan moral yang sangat kuat sekali. Dengan tujuan yang sama dan cita-cita yang sama kami saling membantu satu sama lain. Misalnya ketika ada seorang anggota keterbatasan pengelihatan sedang berjalan sendirian tanpa ada yang membantu maka salah satu anggota lainnya dengan keterbatasan pendengaran akan membantunya dan menuntunya ketika sedang berjalan. Indah bukan? Dengan seluruh keterbatasan yang ada dan berbeda kita bisa saling melengkapi.

Tujuan Young Voices Indonesia adalah mendorong angkatan muda disabilitas Indonesia agar lebih kreatif, mandiri, serta dapat menyuarakan hak-hak penyandang disabilitas. Fokus utama Young Voices Indonesia dimasa sekarang ini adalah penyediaan pendidikan dan lapangan pekerjaan yang terbuka bagi para penyandang disabilitas. Young Voices Indonesia mengadvokasi para penyandang disabilitas yang tidak mendapatkan hak-haknya. Young Voices Indonesia bertumpu pada CRPD(Convention of the right for People with disability) dan Undang-Undang no 19 tahun 2011 tentang Penyandang Cacad untuk mengadvokasi para penyandang disabilitas yang tidak mendapatkan haknya.

Selain kegiatan advokasi diatas organisasi ini juga melakukan sosialisasi dengan melakukan kampanye mengenai para pemuda dengan kebutuhan khusus. Misalnya mengadakan kampanye tentang huruf brailed an akses IT untuk Para pemuda dengan keterbatasan pengelihatan. Atau mengampanyekan Bahasa isyarat untuk para pemuda dengan keterbatasan pendengaran. Biasanya kampanye ini diadakan 2 minggu sekali di acara Car Free Day di daerah bundaran Hotel Indonesia. Dalam acara ini para pemuda disabilitas mengampanyekan semua tentang penyandang disabilitas kepada masyarakat umum. Dan respon dari masyarakat sendiri pada acara Car Free Day itu sangat baik. Mereka sangat antusias dengan apa yang dikampanyekan. Sehingga masyarakat umum ini pun tak jarang membentuk sebuah krumunan. Krumunan yang dibentuk masyarakat umum ini bisa kita katakan sebagai casual crowd. Kita katakan casual crowd karena mereka berkumpul hanya ketika ada sesuatu yang menarik saja dan diantara mereka biasanya tidak mengenal satu sama lain. Kerumunan ini bersifat sementara, ketika hal yang menarik itu sudah usai maka kerumunan itu akan bubar dengan sendirinya.

Untuk prestasi Young Voices Indonesia sendiri memiliki segudang prestasi baik di tingkat nasional atau bahkan internasional. Misalnya pada Global IT Chalange for Youth with Disability (GITC) 2014 yang diadakan di Korea Selatan 2 anggota Young Voices Indonesia berhasil menyabet 2 medali untuk Indonesia. Selain itu juga ada salah seorang anggota Young Voices Indonesia dengan keterbatasan pendengaran yang diundang ke Inggris dan berbicara didepan Parlement inggris. Juga ada Anggota dengan keterbatasan pengelihatan yang diundang ke Korea Selatan dan berbicara didepan parlement korea selatan mengenai bagaimana penyandang disabilitas Indonesia. Dan beberapa waktu yang akan dating seorang anggota Young Voices Indonesia dengan keterbatasan pengelihatan akan berangkat ke Inggris untuk memenuhi undangan Kerajaan Inggris dan berpidato didepan keluarga kerajaan Inggris. Banyak bukan prestasi yang terukir? Namun sayangnya pemerintah masih belum terlalu memperhatikan para penyandang disabilitas sehingga potensi-potensi yang ada pada para pemuda penyandang disabilitas kita masih belum bisa kita optimalkan.

Bisa kita katakan bahwa Young Voices Indonesia ini adalah sebuah kelompok social atau organisasi yang sangat unik. Mengapa kita katakana unik? Hal ini dikarenakan Young Voices Indonesia adalah satu-satunya organisasi pemuda disabilitas yang beranggotakan para pemuda dengan berbeda keterbatasan. Sehingga disini kita dapat membantu satu sama lain, dan belajar lebih banyak mengenal orang lain. Menambah wawasan kita juga tentang bagaimana disabilitas yang berbeda itu. Kita disini bisa tau bahwa perbedaan itu sungguh indah termasuk beda disabilitas. Dari perbedaan ini kami bisa saling melengkapi hingga pada akhirnya kami dapat meraih mimpi kami semua.


Selasa, 02 Februari 2016



Siang itu, Pak Dono hendak pergi ke toko untuk membelikan susu anaknya yang masih berusia 5 tahun. Kebetulan hari itu persedian susu di rumah telah habis, dan mau tidak mau Pak Dono harus pergi untuk membelinya.
Pak Dono pergi ke toko langganannya. Tapi, saying sekali toko tersebut tutup, dan kemudian Pak Dono berputar – putar mencari toko yang buka. Akhirnya sampailah pak dono ke sebuah toko.

Pelayan : Siang Pak… Ada yang bisa saya bantu?

Tanya pelayan laki – laki itu ramah.

Pak Dono : Siang Mas… Saya mau beli susu mas...
Pelayan : oh, baik Pak… Mau susu yang apa pak?
Pak Dono : lah, emangnya disini ada susu apa saja mas?
Pelayan : Oh, kami disini menyediakan berbagai jenis susu dari susu rasa vanilla, coklat, strawberry, mocca, dan pisang…
Pak Dono : ah, itu standart mah…
Pelayan : oh, jangan salah pak… kami juga memiliki susu cabe khusus untuk 18+ …
Pak Dono : Ah, masnya saru ah… masa kayak begituan dijual disini?
Pelayan : hmm, jangan salah sangka dulu pak… Susu cabe itu susu pedas rasa cabe pak. Untuk dewasa karena kan anak – anak nggak mungkin suka pedes pak...
Pak Dono : wah, ok juga tuh kayaknya… saya mau coba deh susu cabe nya satu kotak…
Pelayan : Baik pak, akan saya ambilkan…

Lalu, pelayan itu pergi mengambilkan susu cabe tersebut. Tak berapa lama pelayan itu kembali dengan sekotak susu cabe…

Pelayan : ada yang lain lagi nggak pak?
Pak Dono : oh, ya hamper saja saya lupa… saya kesini mau beli susu untuk anak saya yang berusia 5 tahun… yang rasa coklat ya mas…
Pelayan : Butuh berapa kotak pak?
Pak Dono : Satu saja deh mas…
Pelayan : baik, tunggu sebentar ya pak…

Pelayan itu lalu mengambilkan sekotak susu coklat untuk anak Pak Dono.

Pelayan : Jadi, ini pak. Satu kotak susu cabe untuk 18 tahun keatas seharga 70.000 dan satu kotak susu coklat untuk 5 tahun keatas seharga 50.000. Jadi, totalnya 120.000 pak…
Pak Dono : baik mas ini uangnya…

Pak Dono menyerahkan uang itu kepada pelayan sambil berkata dalam hati. “wah, murah banget ya toko ini. Kalau aku beli susu di toko ini aku bisa hemat banyak nih…”  setelah menerima kembalian pak dono langsung bergegas pulang...

==================================================

2 minggu kemudian, Pak Dono kembali ke toko tersebut sambil marah – marah membawa kotak susu yang dibelinya dari toko itu 2 minggu yang lalu…

Pelayan : Siang pak, Ada yang bisa saya bantu?
Pak Dono : Mas ini gimana sih? Mas sudah menipu saya... *dengan wajah serius dan marah*
Pelayan : lho, menipu gimana pak maksudnya? *kebingungan*
Pak Dono : ini mas. Mas kan masih ingat kalau saya 2 minggu lalu beli susu di toko ini.
Pelayan : iya, saya ingat pak… Bapak beli 1 kotak susu cabe dan 1 kotak susu coklat kan?
Pak Dono : Iya betul itu mas…
Pelayan : lalu masalahnya apa pak?
Pak Dono : Mas ini telah menipu saya…
Pelayan : menipu gimana sih pak? Apa kesalahan saya? *dengan muka penasaran*
Pak Dono : Mas bilang ini susu cabe untuk 18 tahun keatas dan ini susu coklat untuk 5 tahun keatas… tapi, apa nyatanya mas? 2 minggu saja susu ini sudah habis… begitu mas bilang untuk 18 tahun keatas sama untuk 5 tahun keatas lagi… Apa nggak nipu itu namanya? *dengan muka marah*
Pelayan : waduh, bapak ini gagal paham rupanya… *sambil koprol dan mencium dinding toko*
Pak Dono : gagal paham gimana sih mas? Saya ini serius lho…!
Pelayan : Iya, pak yang saya maksud kemarin ini susu cabe untuk umur 18 tahun keatas dan susu coklat untuk umur 5 tahun keatas. Bukan untuk masa 5 tahun keatas atau 18 tahun keatas pak… *menjelaskan dengan penuh kesabaran*
Pak Dono : Nah, tapi ini dikotaknya juga tertulis untuk 5 tahun keatas lho mas…
Pelayan : iya pak, itu juga maksudnya untuk umur 5 tahun keatas pak…
Pak Dono : oh, begitu ya mas… wah, kurang ajar nih… saya kira bisa irit karena susunya bisa untuk 5 tahun keatas ternyata sama aja… *menepuk dahi*

NB :

Cerita ini hanya karangan semata yang didasarkan pengalaman penulis tentang kegagalan seseorang dalam memahami sesuatu. Jika ada kesamaan nama, sifat, karakter, dan pola cerita penulis mohon maaf. *udah kayak penulis beneran aja* huehehehe… cerita ini hanya untuk hiburan, dan mengisi waktu kosong penulis untuk sekedar menulis… *tambah nggak jelas*

Unordered List

Sample Text

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget